Sejarah Desa Bojongmengger
Pemerintah
Desa Bojongmengger yang saat ini termasuk ke dalam Wilayah Kabupaten Ciamis.
Berdirinya Desa Bojongmengger mengambil dari titimangsa berpindahnya pusat
Pemerintah Desa Cimengger Dusun Cimengger sekarang ke Wilayah Bojong Dusun
Bojong sekarang sekitar Tahun 1913 oleh R.H.Imam Poera. Kedua wilayah tadi
masih merupakan wilayah kekuasaan Kabupaten Galuh yang berubah menjadi
Kabupaten Ciamis pada tanggal 12 Juni 1642.
Pada awalnya
ke Wilayah Bojong sekarang datang seorang utusan Syeh Sarif Hidayatuloh yang
terkenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon untuk
mernyebarkan Agama Islam di Wilayah Kabupaten Galuh pada waktu itu yang bernama
Kiai Hamami.
Bersama-sama
pengikutnya Kiai Hamami membuka hutan jati
di sekitar Bojong untuk mendirikan tempat menyebarkan ajaran Islam yang
sekarang menjadi Mesjid Jamie Baturahiem. Menurut cerita orang tua wilayah
hutan jati tersebut tidak ada yang berani membuka karena di anggap sangatlah
angker. Kiai Hamami mempunyai pertimbangan jika dibangun pusat penyebaran agama
Islam di tempat itu mempunyai keuntungan antara lain dekat dengan sumber mata
air yang sangat melimpah yaitu Ranca Bunar, dekat dengan sungai Cimengger,
dekat dengan jalan umum yang banyak dilalui oleh pejalan kaki dan merupakan
alar jalan ke kota Kabupaten.
Sebagai
seorang pemimpin, beliau menyelenggarakan urusan pemerintahan tidak bertempat
di sekitar Bojong, tapi beliau mendirikan balai pertemuan di Cimengger yang
sekarang menjadi Dusun Cimengger. Maka lengkaplah wilayah Bojong menjadi
wilayah yang difungsikan sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan yang
beribukota di Cimengger.
Sejak saat
itu tidak diketahui secara pasti para Kuwu yang menjabat di Desa Cimengger.
Tetapi sampai pada tahun 1913 Desa Cimengger waktu itu dipimpin oleh seorang
Kuwu yang bernama Kuwu Satria. Pada masa pemerintahan Kuwu R.H. Imam Poera
sebagai pengganti Kuwu Satria memindahkan pusat pemerintahan/kantor desa ke
wilayah Bojong dengan pertimbangan Wilayah Bojong dianggap lebih strategis
dibandingkan dengan di Wilayah Cimengger. Maka sejak saat itu Desa Cimengger
berubah menjadi Desa Bojongmengger. Bojong diambil dari kata Bojong Galuh
sedangkan Cimengger diambil dari desa lama yang berdekatan dengan Kali Cimengger.
Bersamaan
dengan pemindahan pemerintahan kantor Desa Cimengger ke Bojong dibangun pula
beberapa pendukung antara lain pasar sebagai pusat perekonomian warga
masyarakat Desa Bojongmengger yang sekarang menjadi Pasar Desa Bojongmenger.
Pada Masa
Revolusi, kantor desa dan fasilitas lainnya pernah dibumihanguskan oleh Tentara
Nasional Indonesia karena takut digunakan oleh Penjajah Belanda yang saat itu bermarkas
di Warung Jati. Setelah selesai Masa Revolusi kantor desa dan bangunan-bangunan
lainnya di bangun kembali pada masa pemerintahan Kuwu Eman Soelaeman sampai
dengan tahun 1963.
1.
Kuwu Satria (Desa Cimengger
sampai 1913)
2.
Kuwu R.H. Imam Poera (1913 –
1930)
3.
Kuwu Eman Soelaeman (1930 –
1963)
4.
Kuwu Oon Wirya (1964 – 1965)
(Caretaker)
5.
Kuwu Letda Soebardi (1965 –
1966) (Caretaker)
6.
Kuwu Kanja (1967 – 1974)
7.
Kuwu Ukas Sukasah (1975 –
1978) (Caretaker)
8.
Kuwu A. Sule Subardjo (1978 –
1988)
9.
Kuwu Ach Supendi (1989 –
1997)
10.
Kuwu T. Johari (1998 – 2001)
11.
Kuwu Eman Sulaeman (2001 –
2006)
12.
Kuwu Eman Sulaeman (2007
sampai Sekarang)
Bagus, ada yg peduli menggali sejarah desa bojongmengger, mdah"an kedepan bisa menggali lebih luas lagi ttg ds bojong ...
BalasHapusAda yg tau letak persembunyian belanda di warung jati di mana aja ga?
BalasHapus